*Dedy Ahmad Hermansyah
Seperti
perjalanan hidup ini, kopi juga kerap disalahpahami dan selalu menyimpan
misteri. Orang-orang mengutuk, memuja dan mencari kebijaksanaan dalam
kehidupan—begitu pula perlakuan dalam perkopian. Ada yang memimpikan hidup yang
bersahaja, tidak muluk-muluk, namun ada juga yang mencari tantangan di
dalamnya—kopi juga, para pecintanya menikmati kebersahajaannya, memburu
kebaruannya, dan menantang diri untuk rasa dan sensasi yang belum ditemukannya.
Kopi yang tak dikaji adalah kopi yang tak layak dinikmati.
Demikian para filsuf kopi bernubuat. Dan dalam perjalanan ‘pengkajian’-nya,
kopi kaya dengan kisah-kisah unik dan tak jarang menginspirasi.
Di Inggris, kopi baru terkenal di tahun 1600-an. Namun, 50
tahun sebelum itu, seorang ilmuwan penting yang penemuannya tentang sirkulasi
darah dalam tubuh manusia menjadi referensi banyak ilmuwan lainnya, Harvey,
telah tergila-gila dengan minuman pembangkit kreatifitas ini. Kegilaannya
bermula sejak lawatannya sekaligus menuntut ilmu di fakultas kedokteran di
salah satu universitas terbaik masa itu di Italia. Para ahli botani dan
kawan-kawan Arab-nya lah yang memperkenalkannya kopi.
Sepulang dari Italia, ia mulai rajin mengimpor kopi untuk
digunakan secara pribadi. Sampai ia meninggal dalam usia 79, kopi tak pernah
alpa menemani masa hidupnya. Konon, dia menjemput ajal dengan sebuah biji kopi
terjepit di antara ibu jari dan telunjuknya. “Biji kecil ini adalah sumber
kebahagiaan dan kecerdasan,” begitu ia berseru.
Ia mewariskan 25 kilogram kopi beserta seluruh simpanannya
untuk rekan-rekannya di Royal College of Psyichians. Ia memberi syarat:
kawan-kawannya harus menaburkan serbuk kopi warisan itu setiap bulan sampai
persediaannya habis. Legenda mengatakan, penemuannya tentang sirkulasi darah
dalam tubuh manusia tadi bermula saat ia menikmati kopi terlalu banyak, sampai
ia mampu mendengar detak jantungnya sendiri.