LITERASI DAN TUMPUKAN KEBODOHAN[1]
Oleh: Salman Faris[2]
Merujuk
kepada beberapa sumber, seperti Merriam-Webster, menyebutkan bahwa literasi
merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf atau aksara yang di dalamnya
meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi
juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan
memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)."
Lebih jauh lagi, National Institute for
Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca,
menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian
yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sedangkan Education Development Center (EDC)
menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekadar kemampuan baca tulis. Namun lebih
dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi
yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup
kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Dan yang
lebih pasti ialah pengertian literasi ini bukan bikinan kita. Bukan piaan orang Sasak hanya karena orang
Sasak lambat mengenal huruf latin dan lelet pandai mendialogkan diri secara
baik. Maka diskusi tentang literasi dalam konteks tulisan ini ialah meletakkan
literasi sebagai arena, di mana segala hal dijadikan sebagai alat pertarungan:
Kuasa dan Si Terkuasai. Singkatnya definisi tentang literasi ini merujuk kepada
syarat dan ciri-ciri manusia unggul dan tampaknya hanya cocok dilekatkan kepada
bangsa superior. Perhatikan dengan cermat inti gagasan dalam definisi yang
disebutkan, akan tampak, betapa orang Sasak selalu di belakang atau terbelakang
atau dibelakangkan. Jika pun sudah memiliki kemampuan individu, kemampaun itu
didapat setelah Jawa. Dan Jawa setelah Barat. Dan Barat setelah Barat lainnya.
Hebat betul wacana literasi ini, bukan?